Notification

×

Iklan


Antara Harapan dan Risiko : Penambang Poboya Tetap Gigih Cari Nafkah dari Tanah Sendiri

Sabtu, 25 Oktober 2025 | Oktober 25, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-10-25T08:30:38Z

Infoselebes.com, Penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, telah lama menjadi tumpuan hidup bagi sebagian masyarakat setempat. Di tengah keterbatasan lapangan kerja dan tekanan ekonomi, aktivitas menambang menjadi satu-satunya cara bagi mereka untuk mencari nafkah dan mempertahankan kesejahteraan keluarga.

Meskipun dilakukan secara manual dengan peralatan sederhana, aktivitas tambang rakyat di Poboya menjadi sumber penghidupan bagi banyak keluarga. Hasil yang diperoleh memang tidak seberapa, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bagi masyarakat setempat, menambang bukan semata mengejar emas, tetapi juga bentuk perjuangan hidup di tengah sulitnya akses terhadap sumber ekonomi lain.

“Kalaupun ada warga yang bisa mencari rezeki di PETI, itu hanya sebagian kecil saja dari aktivitas tambang yang dilakukan oleh PT CPM,” ujar Rizal warga penambang, Pada Jumat (24/10/2025). Ia menuturkan, masyarakat Poboya merasa hanya menjadi penonton di tanah sendiri. Kehadiran perusahaan besar seperti PT CPM dinilai lebih mendominasi wilayah tambang yang selama ini menjadi harapan hidup warga.

Meskipun merasa terpinggirkan, masyarakat tetap bersyukur dan berupaya bertahan. Pemandangan mobil pick up yang lalu lalang mengangkut material hasil galian manual sudah menjadi hal biasa di kawasan itu. Material tersebut kemudian diolah di tempat pengolahan tromol untuk memisahkan emas dari batu dan pasir. Prosesnya tidak mudah, bahkan berisiko tinggi karena dilakukan di lubang-lubang galian yang sempit dan minim alat pelindung.

Dalam satu kali angkut, para penambang biasanya membutuhkan waktu dua hingga tiga hari untuk memenuhi kapasitas muatan kendaraan. Namun, semangat mereka tidak surut. “Tapi inilah kondisi yang ada, masyarakat tetap menikmati usahanya. Setidaknya bisa memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga mereka,” ujarnya.

Bagi sebagian penambang, hasil dari kegiatan PETI digunakan untuk biaya pendidikan anak, memperbaiki rumah, dan memenuhi kebutuhan pokok. Ada pula yang menabung untuk membuka usaha kecil sebagai alternatif pendapatan lain. Perlahan, aktivitas menambang ini ikut menggerakkan ekonomi lokal, termasuk bagi pemilik kios, warung makan, hingga jasa transportasi di sekitar lokasi tambang.

Seorang pemilik kios di Poboya ibu Ica mengaku bersyukur masyarakat diberi ruang untuk tetap mengolah hasil bumi di wilayah PT CPM. “Secara tidak langsung, masyarakat punya pendapatan dari menambang. Dari situ mereka bisa bertahan hidup,” katanya.

Saat ini, masyarakat penambang di Poboya bernaung di bawah dua koperasi yang berperan memperjuangkan hak-hak mereka agar tidak hanya menjadi penonton di atas tanah kelahiran sendiri. Koperasi tersebut menjadi wadah bagi warga untuk menyuarakan aspirasi dan mengupayakan sistem pertambangan rakyat yang lebih tertata, aman, dan berkelanjutan.

“Selama ini, dua koperasi inilah yang menaungi warga penambang di wilayah PETI. Setidaknya masyarakat setempat punya penghasilan dari menambang,” pungkasnya. (**)
Iklan-ADS

close
Banner iklan disini