Infoselebes.com, Palu - Sekitar seribu warga Poboya dan lingkar tambang menggelar aksi demonstrasi di depan kantor PT Citra Palu Minerals (CPM) pada Kamis (5/12/2025) sore. Massa menuntut perusahaan segera mengajukan penciutan lahan tambang emas Poboya ke Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sebagaimana telah dijanjikan sebelumnya.
Aksi yang berlangsung tertib itu datang menggunakan kendaraan roda dua dan empat, membawa spanduk bertuliskan “Usir CPM” dan “Segerakan Penciutan Lahan”. Massa bergerak dalam satu komando dengan mobil pengeras suara sebagai pusat koordinasi.
Sesampainya di depan gerbang kantor CPM yang dijaga ketat aparat gabungan dari Polres Palu, TNI, dan petugas keamanan perusahaan, sejumlah tokoh masyarakat Poboya, perwakilan lingkar tambang, Front Pemuda Kaili, dan Ketua Harian Rumpun Da’a Sulawesi Tengah, Irianto Mantiri, menyampaikan orasi secara bergantian.
Tuntut Kepastian Penciutan Lahan
Koordinator Lapangan, Kusnadi Paputungan, dalam orasinya menyampaikan bahwa kedatangan mereka adalah bentuk kekecewaan mendalam terhadap PT CPM yang dinilai tidak menepati komitmen untuk mengajukan penciutan lahan sesuai usulan warga.
“Kami datang mewakili para penambang Poboya untuk menagih janji CPM. Pengajuan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang sudah kami usulkan sejak Mei 2025 sampai saat ini belum jelas. CPM satu-satunya pihak yang memiliki kewenangan untuk mengajukan penciutan lahan ke Kementerian ESDM, tetapi hingga hari ini tidak dilakukan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa tuntutan warga tidak bisa lagi ditawar. “Hari ini kami tekankan, tidak ada lagi negosiasi. Penciutan lahan harus segera diajukan,” katanya.
Janji yang Tak Kunjung Terpenuhi
Menurut Kusnadi, warga Poboya dan lingkar tambang sebelumnya telah dua kali bertemu langsung dengan jajaran pimpinan CPM dan PT Bumi Resources Minerals (BRM) di Bakrie Tower, Jakarta, pada Agustus dan Oktober 2025. Dalam pertemuan tersebut, perwakilan warga mengaku telah menerima surat dukungan terkait proses penciutan lahan yang dijanjikan tuntas dalam satu bulan.
“Namun faktanya, sampai hari ini janji itu tidak ditepati. Kekecewaan dan kemarahan warga akhirnya memuncak, sehingga hari ini kami turun menagih apa yang sudah disepakati,” tegasnya.
Warga Pertanyakan Kepastian WPR
Ketua Koperasi Poboya, Sofyiar, juga menyampaikan hal senada. Ia mengatakan bahwa sejak kepulangan mereka dari Jakarta, warga penambang terus mempertanyakan perkembangan WPR dan penciutan lahan seluas lebih dari 200 hektare yang telah diusulkan.
“Dua kali kami ke Jakarta, dua kali pula kami dijanjikan bahwa jawaban akan diberikan dalam waktu satu minggu. Tetapi hingga kini tidak ada kejelasan. Kami datang hari ini untuk menunjukkan kepada warga bahwa tuntutan ini bukan hanya omongan, tetapi harus ada kepastian,” kata Sofyiar.
Ia menegaskan bahwa jika sampai satu minggu setelah aksi ini tidak ada tindak lanjut dari pihak CPM, warga akan kembali turun dengan jumlah massa yang lebih besar.
“Jika tidak ada realisasi, kami pastikan akan menduduki kantor CPM dan menghentikan seluruh aktivitas perusahaan sampai penciutan lahan disetujui,” tegasnya.
Aksi Berakhir Kondusi
Aksi yang berlangsung sekitar dua jam tersebut diakhiri dengan pertemuan antara perwakilan massa aksi dan pihak manajemen CPM. Dalam pertemuan itu, warga kembali mendesak perusahaan segera menyampaikan surat pengajuan penciutan lahan ke Kementerian ESDM.
Setelah pertemuan, massa membubarkan diri secara tertib di bawah pengawalan aparat kepolisian. Para tokoh masyarakat menyatakan akan terus mengawal tuntutan ini hingga mendapatkan keputusan resmi dari pihak CPM dan Kementerian ESDM (**)




